ANALGETIK
Analgetik atau obat penghalang nyeri adalah
zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Nyeri merupakan suatu perasaan pribadi dan ambang toleransi nyeri yang berbeda-beda
bagi setiap orang (Tan dan Kirana 2002).
Kesadaran akan perasaan sakit terdiri dari dua
proses, yakni:
1. Penerimaan rangsangan sakit di
bagian otak besar dan reaksi-reaksi emosional dan individu terhadap perangsang
ini.
2. Obat penghalang nyeri
(analgetik) mempengaruhi proses pertamadengan mempertinggi ambang kesadaran
akan perasaan sakit,sedangkan narkotik menekan reaksi-reaksi psychis
yangdiakibatkan oleh rangsangan sakit.
Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan
suatu gejala,yang fungsinya adalah melindungi dan memberikan tanda bahaya tentang
adanya gangguan-gangguan di dalam tubuh, seperti peradangan (rematik, encok),
infeksi-infeksi kuman atau kejang-kejang otot.Penyebab rasa nyeri adalah
rangsangan-rangsangan mekanis,fisik, atau kimiawi yang dapat menimbulkan
kerusakan-kerusakan pada jaringan dan melepaskan zat-zat tertentu yang disebut
mediator-mediator nyeri yang letaknya pada ujung-ujung saraf bebas di kulit,selaput
lendir, atau jaringan-jaringan (organ-organ) lain. Dari tempat ini rangsangan
dialirkan melalui saraf-saraf sensoris ke Sistem Saraf Pusat (SSP) melalui
sumsum tulang belakang ke thalamus dan kemudian ke pusat nyeri di dalam otak
besar, dimana rangsangan dirasakan sebagai nyeri. Mediator-mediator nyeri yang
terpenting adalah histamine, serotonin, plasmakinin-plasmakinin, dan prostaglandin-prostagladin,
serta ion-ion kalium.
Secara umum analgetika dibagi dalam dua golongan,
yaitua analgetik non-narkotinik atau
analgesik non-opioid dan analgetika narkotik atau analgesik opioid.
1. Analgetik
narkotik
Analgetik
narkotik (opioid) merupakan kelompok obat yang memiliki sifatseperti opium. Meskipun
mempelihatkan berbagai efek farmakologik yang lain, golongan obat ini digunakan
terutama untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri. Opioum yang berasal
dari getah Papaver somniferum mengandung
sekitar 20 jenis alkaloid diantaranya morfin, kodein, tebain, papaverin.
Analgetik opioid terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan nyeri
meskipun juga memperlihatkan berbagai efek farmakodinamik yang lain.
Zat-zat
ini memiliki daya menghalangi nyeri yang kuat sekali dengan tingkat kerja yang
terletak di Sistem Saraf Pusat. Umumnya mengurangi kesadaran (sifat meredakan
dan menidurkan) dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia). Dapat mengakibatkan
toleransi dan kebiasaan (habituasi) serta ketergantungan psikis dan fisik
(ketagihan adiksi) dengan gejala-gejala abstinensia bila pengobatan dihentikan.
Karena bahaya adiksi ini, maka kebanyakan analgetika sentral seperti narkotika dimasukkan
dalam Undang-undang Narkotika dan penggunaannya diawasi dengan ketat oleh
Dirjen POM.
Secara kimiawi, obat-obat ini dapat dibagi dalam beberapa kelompok
sebagai berikut:
a. Alkaloid
candu alamiah dan sintesis morfin dan kodein, heroin,hidromorfon, hidrokodon,
dan dionin.
b. Pengganti-pengganti
morfin yang terdiri dari :
1. Petidin
dan turunannya, fentanil dan sufentanil.
2. Metadon
beserta turunannya: dekstromoramida, bezitramida, piritramida, dan d-ptopoksifen.
3. Fenantren
dan turunannya levorfenol termasuk pula pentazosin.
2. Analgetik
perifer (non-narkotik)
Obat
obat ini dinamakan juga analgetika perifer, karena tidak mempengaruhi Sistem
Saraf Pusat, tidak menurunkan kesadaran atau mengakibatkan ketagihan. Semua
analgetika perifer juga memiliki kerja antipiretik, yaitu menurunkan suhu badan
pada keadaan demam, maka disebut juga analgetik antipiretik. Khasiatnya
berdasarkan rangsangannya terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, yang
mengakibatkan vasodilatasi perifer (dikulit) dengan bertambahnya pengeluaran
kalor dan disertaikeluarnya banyak keringat.
Obat-obat
golongan analgetika ini dapat dibagi menjadi 4 kelompok yaitu :
1.
Golongan salisilat : natrium
salisilat, asetosal, salisilamid, dan benorilat.
2.
Turunan p-aminofenol : fenasetin dan
parasetamol.
3.
Turunan pirazolon : antipirin,
aminofenol, dipiron, dan asam difluminat
4.
Turunan antranilat : glafenin, asam
mefenamat, dan asam difluminat
Secara
kimiawi analgetika perifer dapat dibagi dalam bebrapa kelompok, yakni :
1.
parasetamol
2.
salisilat : asetosal, salisilamida,
dan benorilat
3.
penghambat prostaglandin (NSAIDs) :
ibuprofen, dll
4.
derivat-antranilat : mefenaminat,
glafenin
5.
derivat-pirazolon : propifenazon,
isopropilaminofenazon, dan metamizol
6.
lainnya : benzidamin (Tantum)
PERTANYAAN
1. Mekanisme kerja analgetik?
2. Efek samping analgetik?
? 3. Apakah analgetik aman digunakan untuk ibu hamil?
Such an inspiring information...
BalasHapusKeep it writing sis 👍
Pemaparan materi yang Bagus,
BalasHapusSaya mau mencoba menjawab pertanyaan nomor 2
EFEK SAMPING
Analgetik Narkotik/Opiod
Secara umum, efek obat-obat narkotik/opioid antara lain :
Efek Sentral
Menurunkan persepsi nyeri dengan stimulasi (pacuan) pada reseptor opioid (efek analgesi)
Pada dosis terapik normal, tidak mempengaruhi sensasi lain
Mengurangi aktivitas mental (efek sedative)
Menghilangkan kecemasan (efek transqualizer)
Meningkatkan suasana hati (efek euforia), walaupun sejumlah pasien merasakan sebaliknya (efek disforia)
Menghambat pusat respirasi dan batuk (efek depresi respirasi dan antitusif)
Pada awalnya menimbulkan mual/muntah (efek emetik), tapi pada akhirnya menghambat pusat emetik (efek antiemetik)
Menyebabkan miosis (efek miotik)
Memicu pelepasan hormon antidiuretika (efek anti diuretika) Menunjukkan perkembangan toleransi dan dependensi dengan pemberian dosis yang berkepanjangan.
Efek perifer
Menunda pengosongan lambung dengan kontriksi pilorus
Mengurangi motilitas gastrointestinal dan menaikkan tonus (konstipasispastik)
Kontraksi sfingter saluran empedu
Menaikkan tonus otot kandung kencing
Menurunkan tonus vaskuler dan menaikkan resiko reaksi ortostastik
Menaikkan insidensi reaksi kulit, urtikaria dan rasa gatal karena pelepasan histamin, dan memicu bronkospasmus pada pasien asma
Analgetik Non-Narkotik
Efek samping yang paling umum dari golongan obat ini adalah gangguan lambung, usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal serta reaksi alergi di kulit. Efek samping biasanya disebabkan oleh penggunaan dalam jangka waktu lama dan dosis besar.
Baik, saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 3
BalasHapusMenurut saya ada obat analgetik yang sebaiknya perlu dihindari apabila ibu sedang hamil. Obat tersebut adalah jenis obat NSAID seperti asam mefenamat. Obat asam mefenamat ternyata masuk kategori obat C dalam obat kehamilan. Maksud dari pernyataan ini adalah, apabila obat asam mefenamat diberikan pada ibu hamil, maka kemungkinan dapat memberikan pengaruh buruk pada janin.
Asam mefenamat cukup berbahaya apabila dikonsumsi ketika kehamilan sudah menginjak trimester ketiga, hal ini dikarenakan efek dari asam mefenamat yang dapat menyebabkan pembuluh darah ibu hamil menutup dengan cepat. Efek yang buruk adalah dapat menghambat penyaluran nutrisi dan oksigen kepada janin.
Penggunaan obat analgetik yang dianjurkan untuk ibu hamil adalah golongan yang bukan NSAID, yakni parasetamol. Obat parasetamol yang baik di sini adalah obat parasetamol yang murni, tanpa penambahan kafein. Parasetamol memang paling baik digunakan karena memiliki efek samping yang tidak membahayakan janin.
Tetapi saran untuk para ibu hamil yakni apabila mendapati kondisi nyeri di bagian tubuh tertentu, diharapkan untuk tidak sembarangan dalam mengonsumsi obat analgetik yang terjual bebas. Sebaiknya, ibu hamil memeriksakan diri ke dokter agar mendapat program pengobatan yang sesuai dan aman.
Tidak semua Analgetik(pereda nyeri) aman digunakan oleh ibu hamil
BalasHapusTerimakasih jeni atas artikelnya, sangat bermanfaat sekali:)
BalasHapusBaik saya akan coba menjawab pertanyaan no 1.
BalasHapusMekanisme kerja :
1. Analgesik Nonopioid/ Perifer (Non-Opioid Analgesics)
Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada enzim, yaitu enzim siklooksigenase (COX). COX berperan dalam sintesis mediator nyeri, salah satunya adalah prostaglandin. Mekanisme umum dari analgetik jenis ini adalah mengeblok pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim COX pada daerah yang terluka dengan demikian mengurangi pembentukan mediator nyeri . Mekanismenya tidak berbeda dengan NSAID dan COX-2 inhibitors. Efek samping yang paling umum dari golongan obat ini adalah gangguan lambung, usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal serta reaksi alergidi kulit. Efek samping biasanya disebabkan oleh penggunaan dalam jangka waktu lama dan dosis besar (Anchy, 2011).
2. Analgesik Opioid/Analgesik Narkotika
Mekanisme kerja utamanya ialah dalam menghambat enzim sikloogsigenase dalam pembentukan prostaglandin yang dikaitkan dengan kerja analgesiknya dan efek sampingnya. Kebanyakan analgesik OAINS diduga bekerja diperifer . Efek analgesiknya telah kelihatan dalam waktu satu jam setelah pemberian per-oral. Sementara efek anti inflamasi OAINS telah tampak dalam waktu satu-dua minggu pemberian, sedangkan efek maksimalnya timbul berpariasi dari 1-4 minggu. Setelah pemberiannya peroral, kadar puncaknya NSAID di dalamdarah di gapai dalam waktu 1-3 jam setelah pemberian, penyerapannya umumnya tidak dipengaruhi oleh adanya makanan. Volume distribusinya relatif kecil (<0,2 L/kg) dan mempunyai ikatan dengan protein plasma yang tinggi biasanya (>95%). Waktu paruh eliminasinya untuk golongan derivat arylalkanot sekitar 2-5 jam, sementara waktu paruh indometasin sangat berpariasi diantara individu yang menggunakannya, sedangkan piroksikam mempunyai waktu paruh paling panjang (45 jam) (Gilang, 2010).
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus