Jumat, 29 November 2019

ANALGETIK


ANALGETIK


Analgetik atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Nyeri merupakan suatu perasaan pribadi dan ambang toleransi nyeri yang berbeda-beda bagi setiap orang (Tan dan Kirana 2002).

Kesadaran akan perasaan sakit terdiri dari dua proses, yakni:
1. Penerimaan rangsangan sakit di bagian otak besar dan reaksi-reaksi emosional dan individu terhadap perangsang ini.
2. Obat penghalang nyeri (analgetik) mempengaruhi proses pertamadengan mempertinggi ambang kesadaran akan perasaan sakit,sedangkan narkotik menekan reaksi-reaksi psychis yangdiakibatkan oleh rangsangan sakit.

Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala,yang fungsinya adalah melindungi dan memberikan tanda bahaya tentang adanya gangguan-gangguan di dalam tubuh, seperti peradangan (rematik, encok), infeksi-infeksi kuman atau kejang-kejang otot.Penyebab rasa nyeri adalah rangsangan-rangsangan mekanis,fisik, atau kimiawi yang dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan pada jaringan dan melepaskan zat-zat tertentu yang disebut mediator-mediator nyeri yang letaknya pada ujung-ujung saraf bebas di kulit,selaput lendir, atau jaringan-jaringan (organ-organ) lain. Dari tempat ini rangsangan dialirkan melalui saraf-saraf sensoris ke Sistem Saraf Pusat (SSP) melalui sumsum tulang belakang ke thalamus dan kemudian ke pusat nyeri di dalam otak besar, dimana rangsangan dirasakan sebagai nyeri. Mediator-mediator nyeri yang terpenting adalah histamine, serotonin, plasmakinin-plasmakinin, dan prostaglandin-prostagladin, serta ion-ion kalium.

Secara umum analgetika dibagi dalam dua golongan, yaitua analgetik  non-narkotinik atau analgesik non-opioid dan analgetika narkotik atau analgesik opioid.
1.  Analgetik narkotik
Analgetik narkotik (opioid) merupakan kelompok obat yang memiliki sifatseperti opium. Meskipun mempelihatkan berbagai efek farmakologik yang lain, golongan obat ini digunakan terutama untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri. Opioum yang berasal dari getah Papaver somniferum mengandung sekitar 20 jenis alkaloid diantaranya morfin, kodein, tebain, papaverin. Analgetik opioid terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan nyeri meskipun juga memperlihatkan berbagai efek farmakodinamik yang lain.
Zat-zat ini memiliki daya menghalangi nyeri yang kuat sekali dengan tingkat kerja yang terletak di Sistem Saraf Pusat. Umumnya mengurangi kesadaran (sifat meredakan dan menidurkan) dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia). Dapat mengakibatkan toleransi dan kebiasaan (habituasi) serta ketergantungan psikis dan fisik (ketagihan adiksi) dengan gejala-gejala abstinensia bila pengobatan dihentikan. Karena bahaya adiksi ini, maka kebanyakan analgetika sentral seperti narkotika dimasukkan dalam Undang-undang Narkotika dan penggunaannya diawasi dengan ketat oleh Dirjen POM. 

Secara kimiawi, obat-obat ini dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai berikut:
a.  Alkaloid candu alamiah dan sintesis morfin dan kodein, heroin,hidromorfon, hidrokodon, dan dionin.
b.  Pengganti-pengganti morfin yang terdiri dari :
1.  Petidin dan turunannya, fentanil dan sufentanil.
2.  Metadon beserta turunannya: dekstromoramida, bezitramida,  piritramida, dan d-ptopoksifen.
3.  Fenantren dan turunannya levorfenol termasuk pula pentazosin.

2.  Analgetik perifer (non-narkotik)
Obat obat ini dinamakan juga analgetika perifer, karena tidak mempengaruhi Sistem Saraf Pusat, tidak menurunkan kesadaran atau mengakibatkan ketagihan. Semua analgetika perifer juga memiliki kerja antipiretik, yaitu menurunkan suhu badan pada keadaan demam, maka disebut juga analgetik antipiretik. Khasiatnya berdasarkan rangsangannya terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, yang mengakibatkan vasodilatasi perifer (dikulit) dengan bertambahnya pengeluaran kalor dan disertaikeluarnya banyak keringat.
Obat-obat golongan analgetika ini dapat dibagi menjadi 4 kelompok yaitu :
1.     Golongan salisilat : natrium salisilat, asetosal, salisilamid, dan benorilat.
2.     Turunan p-aminofenol : fenasetin dan parasetamol.
3.     Turunan pirazolon : antipirin, aminofenol, dipiron, dan asam difluminat
4.     Turunan antranilat : glafenin, asam mefenamat, dan asam difluminat

Secara kimiawi analgetika perifer dapat dibagi dalam bebrapa kelompok, yakni :
1.     parasetamol
2.     salisilat : asetosal, salisilamida, dan benorilat
3.     penghambat prostaglandin (NSAIDs) : ibuprofen, dll
4.     derivat-antranilat : mefenaminat, glafenin
5.     derivat-pirazolon : propifenazon, isopropilaminofenazon, dan metamizol
6.     lainnya : benzidamin (Tantum)


PERTANYAAN

          1.   Mekanisme kerja analgetik?
          2.   Efek samping analgetik?
?        3.   Apakah analgetik aman digunakan untuk ibu hamil?


7 komentar:

  1. Such an inspiring information...
    Keep it writing sis 👍

    BalasHapus
  2. Pemaparan materi yang Bagus,
    Saya mau mencoba menjawab pertanyaan nomor 2

    EFEK SAMPING
    Analgetik Narkotik/Opiod
    Secara umum, efek obat-obat narkotik/opioid antara lain :
    Efek Sentral
    Menurunkan persepsi nyeri dengan stimulasi (pacuan) pada reseptor opioid (efek analgesi)
    Pada dosis terapik normal, tidak mempengaruhi sensasi lain
    Mengurangi aktivitas mental (efek sedative)
    Menghilangkan kecemasan (efek transqualizer)
    Meningkatkan suasana hati (efek euforia), walaupun sejumlah pasien merasakan sebaliknya (efek disforia)
    Menghambat pusat respirasi dan batuk (efek depresi respirasi dan antitusif)
    Pada awalnya menimbulkan mual/muntah (efek emetik), tapi pada akhirnya menghambat pusat emetik (efek antiemetik)
    Menyebabkan miosis (efek miotik)
    Memicu pelepasan hormon antidiuretika (efek anti diuretika) Menunjukkan perkembangan toleransi dan dependensi dengan pemberian dosis yang berkepanjangan.

    Efek perifer
    Menunda pengosongan lambung dengan kontriksi pilorus
    Mengurangi motilitas gastrointestinal dan menaikkan tonus (konstipasispastik)
    Kontraksi sfingter saluran empedu
    Menaikkan tonus otot kandung kencing
    Menurunkan tonus vaskuler dan menaikkan resiko reaksi ortostastik
    Menaikkan insidensi reaksi kulit, urtikaria dan rasa gatal karena pelepasan histamin, dan memicu bronkospasmus pada pasien asma

    Analgetik Non-Narkotik
    Efek samping yang paling umum dari golongan obat ini adalah gangguan lambung, usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal serta reaksi alergi di kulit. Efek samping biasanya disebabkan oleh penggunaan dalam jangka waktu lama dan dosis besar.

    BalasHapus
  3. Baik, saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 3
    Menurut saya ada obat analgetik yang sebaiknya perlu dihindari apabila ibu sedang hamil. Obat tersebut adalah jenis obat NSAID seperti asam mefenamat. Obat asam mefenamat ternyata masuk kategori obat C dalam obat kehamilan. Maksud dari pernyataan ini adalah, apabila obat asam mefenamat diberikan pada ibu hamil, maka kemungkinan dapat memberikan pengaruh buruk pada janin.

    Asam mefenamat cukup berbahaya apabila dikonsumsi ketika kehamilan sudah menginjak trimester ketiga, hal ini dikarenakan efek dari asam mefenamat yang dapat menyebabkan pembuluh darah ibu hamil menutup dengan cepat. Efek yang buruk adalah dapat menghambat penyaluran nutrisi dan oksigen kepada janin.
    Penggunaan obat analgetik yang dianjurkan untuk ibu hamil adalah golongan yang bukan NSAID, yakni parasetamol. Obat parasetamol yang baik di sini adalah obat parasetamol yang murni, tanpa penambahan kafein. Parasetamol memang paling baik digunakan karena memiliki efek samping yang tidak membahayakan janin.
    Tetapi saran untuk para ibu hamil yakni apabila mendapati kondisi nyeri di bagian tubuh tertentu, diharapkan untuk tidak sembarangan dalam mengonsumsi obat analgetik yang terjual bebas. Sebaiknya, ibu hamil memeriksakan diri ke dokter agar mendapat program pengobatan yang sesuai dan aman.

    BalasHapus
  4. Tidak semua Analgetik(pereda nyeri) aman digunakan oleh ibu hamil

    BalasHapus
  5. Terimakasih jeni atas artikelnya, sangat bermanfaat sekali:)

    BalasHapus
  6. Baik saya akan coba menjawab pertanyaan no 1.
    Mekanisme kerja :
    1. Analgesik Nonopioid/ Perifer (Non-Opioid Analgesics)
    Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada enzim, yaitu enzim siklooksigenase (COX). COX berperan dalam sintesis mediator nyeri, salah satunya adalah prostaglandin. Mekanisme umum dari analgetik jenis ini adalah mengeblok pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim COX pada daerah yang terluka dengan demikian mengurangi pembentukan mediator nyeri . Mekanismenya tidak berbeda dengan NSAID dan COX-2 inhibitors. Efek samping yang paling umum dari golongan obat ini adalah gangguan lambung, usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal serta reaksi alergidi kulit. Efek samping biasanya disebabkan oleh penggunaan dalam jangka waktu lama dan dosis besar (Anchy, 2011).
    2. Analgesik Opioid/Analgesik Narkotika

    Mekanisme kerja utamanya ialah dalam menghambat enzim sikloogsigenase dalam pembentukan prostaglandin yang dikaitkan dengan kerja analgesiknya dan efek sampingnya. Kebanyakan analgesik OAINS diduga bekerja diperifer . Efek analgesiknya telah kelihatan dalam waktu satu jam setelah pemberian per-oral. Sementara efek anti inflamasi OAINS telah tampak dalam waktu satu-dua minggu pemberian, sedangkan efek maksimalnya timbul berpariasi dari 1-4 minggu. Setelah pemberiannya peroral, kadar puncaknya NSAID di dalamdarah di gapai dalam waktu 1-3 jam setelah pemberian, penyerapannya umumnya tidak dipengaruhi oleh adanya makanan. Volume distribusinya relatif kecil (<0,2 L/kg) dan mempunyai ikatan dengan protein plasma yang tinggi biasanya (>95%). Waktu paruh eliminasinya untuk golongan derivat arylalkanot sekitar 2-5 jam, sementara waktu paruh indometasin sangat berpariasi diantara individu yang menggunakannya, sedangkan piroksikam mempunyai waktu paruh paling panjang (45 jam) (Gilang, 2010).

    BalasHapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus