Sabtu, 30 November 2019

HEMATOLOGI


HEMATOLOGI

Hematologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari darah, organ pembentuk darah dan penyakitnya. Khususnya jumlah dan morfologi sel-sel darah, serta sumsum tulang. Darah adalah jaringan khusus yang berbeda dengan organ lain, karena berbentuk cairan. Jumlah darah dalam tubuh adalah 6-8% berat tubuh total. 45 sampai 60% darah terdiri dari sel-sel, terutama eritrosit, leukosit dan trombosit. Fungsi utama darah adalah sebagai media transportasi, serta memelihara suhu tubuh dan keseimbangan cairan (Atul dan Victor, 2008).

Pemeriksaan panel hematologi (hemogram) terdiri dari leukosit, eritrosit, hemoglobin,hematokrit, indeks eritrosit dan trombosit. Pemeriksaan hitung darah lengkap terdiri darihemogram ditambah leukosit diferensial yang terdiri dari neutrofil (segmented dan bands), basofil, eosinofil, limfosit dan monosit (Menkes RI, 2011).

Rentang nilai normal hematologi bervariasi pada bayi, anak anak dan remaja, umumnya lebih tinggi saat lahir dan menurun selama beberapa tahun kemudian. Nilai pada orang dewasa umumnya lebih tinggi dibandingkan tiga kelompok umur di atas. Pemeriksaan hemostasis dan koagulasi digunakan untuk mendiagnosis dan memantau pasien dengan perdarahan, gangguan pembekuan darah, cedera vaskuler atau trauma (Darda, 2016).

1.  DARAH
Darah adalah cairan yang ada pada manusia sebagai alat transportasi berfungsi untuk mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan- bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Darah terdiri dari 55% plasma Darah (bagian cair darah) dan 45% korpuskuler (bagian padat darah).

2.  PLASMA DARAH
Plasma darah adalah salah satu penyusun darah yang berwujud cair serta mempengaruhi sekitar 5% dari berat badan manusia. Plasma darah memiliki sarana kekuning-kuningan yang didalamnya terdiri dari 90% air, 8% protein, dan 0,9% mineral, oksigen, enzim, dan antigen. Sisanya berisi bahan organik, seperti lemak, kolestrol, urea, asam amino, dan glukosa.

Plasma darah merupakan cairan darah yang ber!ungsi untuk mengangkut dan mengedarkan sari-sari makanan ke seluruh bagian tubuh manusia, dan mengangkut zat sisa metabolisme dari sel-sel tubuh atau dari seluruh jaringan tubuh ke organ pengeluaran.

Di dalam plasma darah terdapat beberapa protein terlarut yaitu :
1.  Albumin berfungsi untuk memelihara tekanan osmotik
2.  Globulin berfungsi untuk membentuk zat antibod
3.  Fibrinogen adalah sumber fibrin yang berfungsi dalam proses pembekuan darah

3. KORPUSKULER (Bagian Padat Darah)
    Korpuskuler terdiri dari tiga bagian :

    1.   Sel Darah Merah (Eritrosit)

Sel darah merah atau yang juga disebut eritrosit berasal dari bahasa Yunani yaitu, erythos yang berarti merah dan kytos yang berarti selubung sel. Eritrosit merupakan bagian sel darah yang mengandung hemoglobin (Hb). Hemoglobin adalah biomolekul yang mengikat oksigen. Sedangkan darah yang berwarna merah cerah dipengaruhi oleh oksigen yang diserap dari paru- paru. Pada saat darah mengalir ke seluruh tubuh, hemoglobin melepaskan oksigen ke sel dan mengikat karbondioksida. Jumlah hemoglobin pada orang dewasa kira-kira 11,5-15  gram dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg dan laki-laki 13,0 mg. Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terdiri dari asam amino dan memerlukan pula zat besi,sehingga diperlukan diet seimbang zat besi. Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel darah merah. Apabila kedua-duanya berkurang maka keadaan ini disebut animea, yang biasanya disebabkan oleh pendarahan hebat, penyakit yang melisis eritrosit, dan tempat pembuatan eritrosit terganggu.

Bentuk sel darah merah pada manusia adalah bikonkaf atau berbentuk piringan pipih seperti donat. Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter sekitar 6-8 µm dan tebalnya sekitar 2 µm, eritrosit termasuk sel paling kecil daripada sel-sel lainnya yang terdapat pada tubuh manusia. Jumlah sel darah merah adalah jumlah yang paling banyak dibandingkan jumlah sel darah lainnya. Secara normal, di dalam darah seorang laki-laki dewasa terdapat 25 trilliun sel darah merah atau setiap satu milimeter kubik (1 mm3) darah terdapat 5  juta sel darah merah. Pada perempuan dewasa, jumlah sel darah merah per milimeter kubiknya sebanyak 4,5 juta.

Sel darah merah hanya mampu bertahan selama 120 hari. proses dimana eritrosit diproduksi dimaksud eritropoiesies. Sel darah merah yang rusak akhirnya akan pecah menjadi partikel-partikel kecil di dalam hati dan limpa. Sebagian besar sel yang rusak dihancurkan oleh limpa dan yang lolos akan dihancurkan oleh hati. Hati menyimpan kandungan zat besi dari hemoglobin yang kemudian diangkut oleh darah ke sumsum merah tulang untuk membentuk sel darah merah yang baru. Sumsum merah tulang memproduksi eritrosit, dengan laju produksi sekitar 2 juta eritrosit per detik. Produksi dapat distimulasi oleh hormon eritoprotein (EPO) yang disintesa ginjal. Saat sebelum dan sesudah meninggalkan sumsum tulang belakang, sel yang berkembang ini dinamakan retikulosit dan jumlahnya sekitar 1% dari semua darah yang beredar.

2.     Sel Darah Putih (Leukosit)

Sel darah putih (leukosit)  jauh lebih besar daripada sel darah merah. Namun jumlah sel darah putih jauh lebih sedikit daripada sel darah merah. Pada orang dewasa setiap 1 mm3 darah terdapat 6000-9000 sel darah putih. Tidak seperti sel darah merah, sel darah putih memiliki inti (nukleus). Sebagian besar sel darah putih bisa bergerak seperti Amoeba dan dapat menembus dinding kapiler. Sel darah putih dibuat di dalam sumsum merah, kelenjar limfa, dan limfa (kura). Sel darah putih memiliki ciri-ciri, antara lain tidak berwarna (bening), bentuk tidak tetap (ameboid), berinti, dan ukurannya lebih besar daripada sel darah merah.

Berdasarkan ada tidaknya granula di dalam plasma, leukosit dibagi :

1)     Leukosit Bergranula (Granulosit)
·      Neutrofil adalah sel darah putih yang paling banyak yaitu sekitar 60%. Plasmanya bersifat netral, inti selnya banyak dengan bentuk yang bermacam-macam dan berwarna merah kebiruan. Neutrofil bertugas untuk memerangi bakteri pembawa penyakit yang memasuki tubuh. Mula-mula bakteri dikepung, lalu butir-butir di dalam sel segera melepaskan zat kimia untuk mencegah bakteri berkembang biak serta menghancurkannya.
·      Eusinofil adalah leukosit bergranula dan bersifat fagosit. Jumlahnya sekitar 5%. Eusinofil akan bertambah jumlahnya apabila terjadi infeksi yang disebabkan oleh cacing. Plasmanya bersifat asam. Itulah sebabnya eusinofil akan menjadi merah tua apabila ditetesi dengan eosin. Eusinofil memiliki granula kemerahan. Fungsi dari eusinofil adalah untuk memerangi bakteri, mengatur  pelepasan zat kimia, dan membuang sisa-sisa sel yang rusak.
·      Basofil adalah leukosit bergranula yang berwarna kebiruan. Jumlahnya hanya sekitar 1%. Plasmanya bersikap basa, itulah sebabnya apabila basofiil ditetesi dengan larutan basa, maka akan berwarna biru. Sel darah putih ini juga bersifat fagositosis. Selain itu, basofil mengandung zat kimia anti penggumpalan yang disebut heparin.

2)     Leukosit Tidak Bergranula (Agranulosit)
·      Limfosit adalah leukosit yang tidak memiliki granula. Inti selnya hampir bundar dan terdapat dua macam limfosit kecil dan limfosit besar. 20%-30% penyusun sel darah putih adalah limfosit. Limfosit tidak dapat bergerak dan berinti satu. Berfungsi sebagai pembentuk antibodi.
·      Monosit adalah leukosit tidak bergranula. Inti selnya besar dan berbentuk bulat atau bulat panjang. Diproduksi oleh jaringan limfa dan bersifat fagosit.

    3.   Keping Darah (Trombosit)
Dibandingkan dengan sel darah lainnya, keping darah memiliki ukuran paling kecil, bentuknya tidak teratur, dan tidak memiliki inti sel. Keping darah dibuat dalam sumsum merah yang terdapat pada tulang pipih dan tulang pendek. Setiap 1 mm3  darah terdapat 200.000-300.000 butir keping darah. Trombisit yang lebih dari 300.000 disebut Trombositosis, sedangkan apabila kurang dari 200.000 Trombositopenia. Trombosit hanya mampu brtahan 8 hari. Meskipun demikian trombosit mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembekuan darah.

          Pada saat mengalami luka, permukaan luka tersebut akan menjadi kasar. Jika trombosit menyentuh permukaan luka yang kasar, maka trombosit akan pecah. Pecahnya trombosit akan menyebabkan keluarnya enzim trombokinase yang terkandung didalamnya. Enzim trombokinase dengan bantuan mineral kalsium (Ca) dan vitamin K yang terdapat didalam tubuh dapat mengubah protombin menjadi trombin. Selanjutnya trombin merangsang fibrinogen untuk membuat fibrin atau benang-benang. Benang-benang fibrin segera membentuk anyaman untuk menutup luka sehingga darah tidak keluar lagi.


PERTANYAAN

1.   Berapakah jumlah sel darah merah pada wanita, pria dan anak-anak?
2.   Apa saja yang ditimbulkan jika terjadi gangguan pada sistem peredaran darah?
3.   Fungsi darah adalah?

Jumat, 29 November 2019

ANALGETIK


ANALGETIK


Analgetik atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Nyeri merupakan suatu perasaan pribadi dan ambang toleransi nyeri yang berbeda-beda bagi setiap orang (Tan dan Kirana 2002).

Kesadaran akan perasaan sakit terdiri dari dua proses, yakni:
1. Penerimaan rangsangan sakit di bagian otak besar dan reaksi-reaksi emosional dan individu terhadap perangsang ini.
2. Obat penghalang nyeri (analgetik) mempengaruhi proses pertamadengan mempertinggi ambang kesadaran akan perasaan sakit,sedangkan narkotik menekan reaksi-reaksi psychis yangdiakibatkan oleh rangsangan sakit.

Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala,yang fungsinya adalah melindungi dan memberikan tanda bahaya tentang adanya gangguan-gangguan di dalam tubuh, seperti peradangan (rematik, encok), infeksi-infeksi kuman atau kejang-kejang otot.Penyebab rasa nyeri adalah rangsangan-rangsangan mekanis,fisik, atau kimiawi yang dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan pada jaringan dan melepaskan zat-zat tertentu yang disebut mediator-mediator nyeri yang letaknya pada ujung-ujung saraf bebas di kulit,selaput lendir, atau jaringan-jaringan (organ-organ) lain. Dari tempat ini rangsangan dialirkan melalui saraf-saraf sensoris ke Sistem Saraf Pusat (SSP) melalui sumsum tulang belakang ke thalamus dan kemudian ke pusat nyeri di dalam otak besar, dimana rangsangan dirasakan sebagai nyeri. Mediator-mediator nyeri yang terpenting adalah histamine, serotonin, plasmakinin-plasmakinin, dan prostaglandin-prostagladin, serta ion-ion kalium.

Secara umum analgetika dibagi dalam dua golongan, yaitua analgetik  non-narkotinik atau analgesik non-opioid dan analgetika narkotik atau analgesik opioid.
1.  Analgetik narkotik
Analgetik narkotik (opioid) merupakan kelompok obat yang memiliki sifatseperti opium. Meskipun mempelihatkan berbagai efek farmakologik yang lain, golongan obat ini digunakan terutama untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri. Opioum yang berasal dari getah Papaver somniferum mengandung sekitar 20 jenis alkaloid diantaranya morfin, kodein, tebain, papaverin. Analgetik opioid terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan nyeri meskipun juga memperlihatkan berbagai efek farmakodinamik yang lain.
Zat-zat ini memiliki daya menghalangi nyeri yang kuat sekali dengan tingkat kerja yang terletak di Sistem Saraf Pusat. Umumnya mengurangi kesadaran (sifat meredakan dan menidurkan) dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia). Dapat mengakibatkan toleransi dan kebiasaan (habituasi) serta ketergantungan psikis dan fisik (ketagihan adiksi) dengan gejala-gejala abstinensia bila pengobatan dihentikan. Karena bahaya adiksi ini, maka kebanyakan analgetika sentral seperti narkotika dimasukkan dalam Undang-undang Narkotika dan penggunaannya diawasi dengan ketat oleh Dirjen POM. 

Secara kimiawi, obat-obat ini dapat dibagi dalam beberapa kelompok sebagai berikut:
a.  Alkaloid candu alamiah dan sintesis morfin dan kodein, heroin,hidromorfon, hidrokodon, dan dionin.
b.  Pengganti-pengganti morfin yang terdiri dari :
1.  Petidin dan turunannya, fentanil dan sufentanil.
2.  Metadon beserta turunannya: dekstromoramida, bezitramida,  piritramida, dan d-ptopoksifen.
3.  Fenantren dan turunannya levorfenol termasuk pula pentazosin.

2.  Analgetik perifer (non-narkotik)
Obat obat ini dinamakan juga analgetika perifer, karena tidak mempengaruhi Sistem Saraf Pusat, tidak menurunkan kesadaran atau mengakibatkan ketagihan. Semua analgetika perifer juga memiliki kerja antipiretik, yaitu menurunkan suhu badan pada keadaan demam, maka disebut juga analgetik antipiretik. Khasiatnya berdasarkan rangsangannya terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, yang mengakibatkan vasodilatasi perifer (dikulit) dengan bertambahnya pengeluaran kalor dan disertaikeluarnya banyak keringat.
Obat-obat golongan analgetika ini dapat dibagi menjadi 4 kelompok yaitu :
1.     Golongan salisilat : natrium salisilat, asetosal, salisilamid, dan benorilat.
2.     Turunan p-aminofenol : fenasetin dan parasetamol.
3.     Turunan pirazolon : antipirin, aminofenol, dipiron, dan asam difluminat
4.     Turunan antranilat : glafenin, asam mefenamat, dan asam difluminat

Secara kimiawi analgetika perifer dapat dibagi dalam bebrapa kelompok, yakni :
1.     parasetamol
2.     salisilat : asetosal, salisilamida, dan benorilat
3.     penghambat prostaglandin (NSAIDs) : ibuprofen, dll
4.     derivat-antranilat : mefenaminat, glafenin
5.     derivat-pirazolon : propifenazon, isopropilaminofenazon, dan metamizol
6.     lainnya : benzidamin (Tantum)


PERTANYAAN

          1.   Mekanisme kerja analgetik?
          2.   Efek samping analgetik?
?        3.   Apakah analgetik aman digunakan untuk ibu hamil?


Sabtu, 23 November 2019

ANTIHISTAMIN


ANTIHISTAMIN

Histamin adalah zat kimia yang diproduksi oleh sel-sel di dalam tubuh ketika mengalami reaksi alergi atau infeksi. Namun jika diproduksi secara berlebihan, histamin bisa menyebabkan masalah dan mengganggu beberapa fungsi tubuh.

                Hasil gambar untuk struktur kimia histamin
              Gambar 1. Struktur Histamin

Antihistamin adalah obat untuk meredakan gejala alergi. Namun, tidak semua gejala alergi bisa diobati dengannya.
Obat ini hanya bisa meredakan gejala ringan yang berupa gatal-gatal, bersin, ruam biduran pada kulit, hidung berair, sesak napas, dan mata merah berair. Obat ini tidak bisa digunakan untuk mencegah kekambuhan alergi atau mengobati reaksi alergi yang parah seperti anafilaktik.
Obat alergi ini bekerja mengurangi atau memblokir produksi histamin dalam tubuh. Histamin adalah zat kimia yang diproduksi oleh sistem imun tubuh untuk melawan alergen yang sebenarnya tidak berbahaya. Histaminlah yang menyebabkan jaringan di hidung dan mata membengkak sehingga terasa gatal.

Antihistamin sendiri terbagi menjadi beberapa generasi yaitu :
1.    Obat antihistamin generasi pertama
Obat generasi pertama adalah kelompok obat yang pertama kali dirancang dan tersedia untuk mengatasi alergi.
Antihistamin generasi pertama adalah obat alergi yang sangat umum ditemukan. Namun di sisi lain, efek obatnya tidak bisa bertahan lama sehingga Anda perlu minum berulang kali sampai sembuh. Beberapa orang mungkin butuh dosis yang lebih tinggi agar efeknya bisa lebih tahan lama.
1. Diphenhydramine
Diphenhydramine adalah obat untuk membantu meredakan reaksi alergi seperti bersin, mata gatal, atau tenggorokan gatal. Diphenhydramine juga dapat digunakan untuk mengobati serta mengurangi kemerahan akibat gatal di tubuh.   
Obat ini bekerja memblokir efek histamin yang menyebabkan gatal. Produk ini juga mengandung bahan lain (seperti allantoin dan zinc acetate) untuk meredakan masalah kulit, seperti kering, basah, atau bernanah.
Diphenhydramine bisa didapat bebas di apotek dalam bentuk bentuk topikal, seperti krim dan gel, serta semprotan hidung. Namun, beberapa jenis dan merek dari obat ini tidak dianjurkan untuk anak kurang dari 2, 6, atau 12 tahun kecuali bila diresepkan oleh dokter.
2.  Chlorpheniramine
Chlorpheniramine adalah antihistamin generasi pertama untuk membantu meredakan pilek, bersin, mata gatal atau berair, dan hidung dan tenggorokan gatal akibat alergi. Chlorpheniramin tersedia dalam sediaan tablet kunyah, permen, kapsul, dan suspensi cair.
Kapsul, tablet telan, tablet kunyah, dan suspensi cair direkomendasikan diminum setiap 4-6 jam sesuai kebutuhan. Sementara unttuk tablet dan kapsul jangka panjang (long acting) diminum dua kali sehari pada pagi dan sore hari sesuai kebutuhan.
3. Clemastine
Clemastine adalah obat antihistamin generasi pertama untuk meredakan gejala alergi termasuk bersin, pilek, gatal, dan mata berair.
Versi generik dari Clemastine dalam bentuk tablet dan suspensi cair dapat dibeli di apotek. Obat ini perlu diminum dua atau tiga kali sehari. Ikuti petunjuk pada label resep dan minum clemastine persis seperti yang diarahkan dokter atau apoteker.
4.  Promethazine
Promethazine juga obat antihistamin generasi pertama untuk mengobati gejala alergi seperti gatal, pilek, bersin, mata gatal, atau mata berair.
Promethazine dapat dikombinasikan dengan obat-obatan lain untuk mengobati syok anafilaksis akibat reaksi alergi parah.
Penggunaan obat ini harus dengan resep dan di bawah pengawasan dokter. Pasalnya, promethazine dapat menyebabkan pernapasan melambat atau berhenti. Promethazine juga tidak boleh diberikan kepada bayi atau anak-anak karena dapat menyebabkan bahaya yang fatal.

2.    Obat antihistamin generasi kedua
Generasi kedua selanjutnya dikembangkan untuk menyempurnakan generasi pertama yang efeknya kurang tahan lama. Obat generasi kedua bekerja lebih cepat dan tahan lama karena langsung menargetkan aksi pada reseptor yang lebih spesifik. Dengan begitu, pasien tidak perlu lagi minum obat sampai berulang kali dan dalam dosis yang tinggi.
Obat generasi kedua juga lebih minim risiko efek samping dan tidak begitu membuat kantuk sehabis diminum.
Beberapa contoh obat antihistamin generasi kedua adalah:
1. Cetirizine
Cetirizine adalah obat antihistamin generasi kedua yang banyak diresepkan untuk alergi ringan. Cetirizine tersedia dalam bentuk tablet, sirup, dan obat tetes mata. Obat ini hanya perlu diminum sekali sehari. Apabila dokter meresepkan dosis lebih sedikit atau lebih banyak, konsumsi sesuai anjuran dokter.
2. Loratadine
Loratadine adalah obat yang digunakan untuk mengobati gatal-gatal akibat alergi. Mirip dengan cetirizine, loratadine tidak menyebabkan kantuk dan cukup diminum sekali sehari. Meski demikian, efek antihistamin pada obat cetirizine masih lebih cepat mengobati gatal daripada loratadine.
3. Fexofenadine
Fexofenadine adalah obat antihistamin untuk meringankan gejala alergi termasuk bersin, mata merah, gatal, atau berair. Obat ini umumnya dapat digunakan pada orang dewasa dan anak-anak berusia 2 tahun ke atas.
Fexofenadine hadir dalam bentuk tablet dan suspensi (cair) untuk dikonsumsi. Biasanya diminum dengan cara dicampur air sebanyak sekali atau dua kali sehari. Fexofenadine akan bekerja lebih baik jika tidak dikonsumsi bersama jus buah seperti jeruk, jeruk bali, atau jus apel.
Sebelum digunakan, kocok botol agar zat obat tercampur merata. Takar dosis fexofenadine persis seperti yang diarahkan pada kemasan. Jangan menakar lebih atau kurang dari itu atau mengonsumsinya lebih sering daripada yang ditentukan oleh dokter.

  3. Obat antihistamin  generasi ketiga
 Yang termasuk antihistamin generasi ketiga yaitu feksofenadin, norastemizole dan deskarboetoksi loratadin (DCL), ketiganya adalah merupakan metabolit antihistamin generasi kedua. Tujuan mengembangkan antihistamin generasi ketiga adalah untuk menyederhanakan farmakokinetik dan metabolismenya, serta menghindari efek samping yang berkaitan dengan obat sebelumnya.

PERTANYAAN
1)     Apa efek samping yang ditimbulkan dari pemakaian obat antihistamin?
2)     Bagaimakah mekanisme kerja dari obat antihistamin?
3)     Kontraindikasi dari obat histamin?

ANTIKONVULSI


ANTIKONVULSI

Antikonvulsi digunakan terutama untuk mencegah dan mengobati bangkitan epilepsi (Epileptic seizure ). Golongan obat ini lebih tepat dinamakan antiepilepsi, sebab obat ini jarang digunakan untuk gejala konvulsi penyakit lain. Bromida, obat pertama yang digunakan untuk terapi epilepsi telah di tinggalkan karena ditemukanya berbagai antiepilepsi baru yang lebih efektif. Fenobarbital diketahui memiliki efek antikonvulsi spesifik, yang berarti efek antikonvulsinya tidak berkaitan langsung dengan efek hipnotiknya. Di Indonesia fenobarbital ternyata masih digunakan, walaupun di luar negeri obat ini mulai banyak di tinggalkan. Fenitoin (difenilhidantoin), sampai saat ini masih tetap merupakan obat utama antiepilepsi. Di samping itu karbamazepin yang relatif lebiih baru makin banyak digunakan, krena dibandingkan denganf enobarbital pengaruhnya terhadap perubahan tingkah laku maupun kemampuan kognitif  lebih kecil.

Epilepsi adalah gangguan neurologis umum kronis yang ditandai dengan kejang berulang tanpa alasan. Ini adalah tanda-tanda kejangsementara dan / atau gejala dari aktivitas neuronal yang abnormal, berlebihan atau sinkron diotak. Sekitar 50 juta orang di seluruh dunia memiliki epilepsi, dengan hampir 90% dari orang-orang yang di negara-negara berkembang. Epilepsi lebih mungkin terjadi pada anak-anak muda, atau orang di atas usia 65 tahun, namun dapat terjadi setiap saat. Epilepsi biasanya dikontrol, tapi tidak sembuh, denganpengobatan, meskipun operasi dapat dipertimbangkan pada kasus yang sulit. Epilepsi tidak harus dipahami sebagai gangguan tunggal, tetapilebih sebagai sindrom dengan gejala jauh berbeda tetapi semua yang melibatkan aktivitas listrik episodik abnormal di otak. Epilepsi adalah sebuah kondisi otak yang dicirikan dengan kerentanan untuk kejang berulang (peristiwa serangan berat, dihubungkan dengan ketidaknormalan pengeluaran elektrik dari neuron pada otak). Kejang merupakan manifestasi abnormalitas kelistrikan pada otak yang menyebabkan perubahan sensorik, motorik, tingkah laku.

Epilepsi dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
A. Bangkitan Umum ( Epilepsi Umum) yang terdiri dari :
1. Bangkitan Tonik-klonik (Epilepsi Grand mal)
2. Bangkitan Lena (Epilepsi Petit mal atau absences)
 Bangkitan Lena tidak khas (Atypical absence)
3. Bangkitan mioklonik (Epilepsi Mioklonik)
4. Bangkitan klonik
5. Bangkitan tonik 
6. Bangkitan atonik
7. Bangkitan infantil (Spasme infantil)
B. Bangkitan parsial atau focal atau local (Epilepsi parsial atau fokal)
1.  Bangkitan parsial sederhana
2.  Bangkitan parsial kompleks
3.  Bangkitan parsial yang berkembang mejadi bangkitan umum misalnya bangkitan tonik-klonik,bangkitan tonik atau bangkitan klonik saja. Epilepsi Psikomotor atau epilepsi lobus temporalis merupakan bangkitan parsial kompleks atau bangkitan parsial yang berkembang menjadi epilepsi umum bilafokusnya terletak di lobus temporalis anterior.

Obat Antiepilepsi terbagi dalam 8 golongan. Empat golongan antiepilepsi mempunyai rumus dengan inti berbentuk cincin yang mirip satu sama lain yaitu golongan hidantoin, barbiturate, oksazolidindion dan suksinimid. 

Berikut golongan dan dosis dari obat antikonvulsan :
Golongan hidantoin. Dalam golongan hidantoin dikenal tiga senyawa antikonvulsi, fenitoin, mefinitoin dan etotoin dengan fenotoin sebagai prototipe. Fenitoin adalah obat utama untuk hampir semua jenis epilepsy. Untuk pemberian oral, dosis awal untuk dewasa dan anak diatas 6 tahun 300 mg, dilanjutkan dengan dosis penunjang antara 300-400mg, maksimum 600mg sehari. Sedangkan untuk anak dibawah 6 tahun, dosis awal 1/3 dosis dewasa, dosis penunjang ialah 4-8 mg/kgBB sehari, maksimum 300mg. Dosis awal dibagi dalam 2-3 kali pemberian
Golongan barbiturat. Golongan ini efektif sebagai obat antikonvulsan dan yang biasa digunakan adalah barbiturate kerja lama. Disini yang akan dibicarakan yaitu efek antiepilepsi prototip barbiturate yaitu fenobarbital yang struktur kimia nya mirip dengan barbiturate. Dosis dewasa yang biasa digunakan ialah dua kali 100mg sehari.
Golongan oksazolidindion (Trimetadion). Indikasi utama trimetadion ialah bangkitan lena atau gangguan kesadaran secra mendadak murni (tidak disertai komponen bangkitan bentuk lain). Trimetadion dapat menormalkan gambaran EEG dan meniadakan kelainan EEG akibat hiperventilasi.
Golongan suksinimid. Antiepilepsi golongan suksinimid yang digunakan di klinik adalah etosuksimid, metsuksmid dan fensuksimid. Etosuksimid, dengan sifat antipentilentetrazol terkuat, merupakan obat yang paling selektif terhadap bangkitan lena. Obat ini juga efektif pada bangkitan mioklonik dan bangkitan akinetik. Etosuksimid tidak efektif untuk bangkitan parsial kompleks dan bangkitan tonik-klonik umum atau pasien kejang dengan kerusakan organik otak yang berat.
Karbamazepin. Obat ini efektif terhadap bangkitan kejang tonik-klonik. Dosis anak di bawah 6 tahun, 100mg sehari, usia 6-12 tahun, 2 kali 100mg sehari. Dosis dewasa : dosis awal 2 kali 200 mg hari pertama selanjutnya dosis di tingkatkan secara bertahap. Dosis penunjang berkisar antara 800-1200 mg sehari untuk dewasa atau 20-30 mg/kgBB untuk anak.
Golongan benzodiazepin. Diazepam adalah turunan dari benzodiazepine. Diazepam tersedia dalam bentuk tablet, injeksi dan gel rectal, dalam berbagai dosis sediaan. Untuk dosis dewasa: 2-10 mg 2-4 kali sehari, untuk anak-anak usia diatas 6 bulan: 1-2,5 mg 3-4 kali sehari. Injeksi (Dewasa) : 2-10 mg, dapat diulang dalam 3-4 jam bila perlu.
Golongan asam valproat. Asam valproat merupakan pilihan pertama untuk terapi kejang parsial, kejang absens,kejang mioklonik, dan kejang tonik-klonik. Dosis penggunaan asam valproat 10-15 mg/kg/hari.
Golongan Gabapentin (Pregabalin). Pregabalin digunakan untuk mengontrol serangan epilepsi. Obat epilepsi ini tidak menyembuhkan epilepsi dan hanya akan bekerja untuk mengontrol serangan epilepsi sepanjang minum obat epilepsi ini. Pregabalin baru tersedia dalam bentuk kapsul 75 mg.
Lainnya: Fenasemid, Topiramate. Topiramate merupakan obat epilepsi baru dengan sediaan tablet 25 mg, 50 mg dan 100 mg juga dalam bentuk kapsul sprinkle 15 mg, 25 mg dan 50 mg. Sedangkan untuk Fenasemid efektif terhadap bangkitan tonik-klonik, bangkitan lena dan bangkitan parsial. Indikasi utama fenasemid ialah untuk terapi bangkitan parsial kompleks.
Mekanisme Kerja obat Antikonsulvan :
Pada prinsipnya ,obat antiepilepsi bekerja untuk menghambat proses inisiasi dan penyebaran kejang. Namun, umumnya obat antiepilepsi lebih cenderung bersifat membatasi proses penyebaran kejang daripada mencegah proses inisiasi. Dengan demikian secara umum ada dua mekanisme kerja, yakni: peningkatan inhibisi (GABA-ergik) dan penurunan eksitasi yang kemudian memodifikasi konduksi ion: Na+, Ca2+, K+, dan Cl- atau aktivitas neurotransmitor, meliputi:
1)   Inhibisi kanal Na+ pada membrane sel akson.
Contoh: fenitoin dan karbamazepin (pada dosis terapi), fenobarbital dan asam valporat (dosis tinggi), lamotrigin, topiramat, zonisamid.
2)  Inhibisi kanal Ca2+ tipe T pada neuron thalamus (yang berperan sebagai pece-maker untuk membangkitkan cetusan listrik umum di korteks).
Contoh: etosuksimid, asam valporat, dan clonazepam.
3)  Peningkatan inhibisi GABA
a. Langsung pada kompleks GABA dan kompleks Cl-.
Contoh: benzodiazepine, barbitural.
b. Menghambat degradasi GABA, yaitu dengan mempengaruhi  re-uptake dan metabolism GABA.
Contoh: tiagabin, vigabarin, asam valporat, gabapentin.
4)  Penurunan eksitasi glutamate, yakni melalui:
a.  Blok reseptor NMDA, misalnya lamogatrigin.
b.  Blok reseptor AMPA, misalnya fenobarbital, topiramat.    

PERTANYAAN
1)     Bagaimana epilepsi bisa terjadi?
2)     Apa saja jenis obat antikonvulsi yang menyebabkan masalah pada masa kehamilan?
3)     Bagaimana efek samping pemberian Obat Antikonvulsi?